Kemegahan Dibalik Pangkat dan Hakikat Kehidupan Duniawi

Oleh: Juwaini Husen

Foto: Juwaini Husen

BIREUEN,REAKSINEWS.ID |  Mobil mewah, pelayan yang membungkuk, podium kehormatan, dan wajah yang menguasai baliho di setiap sudut kota—semuanya tampak megah di mata dunia. Gelar panjang dan kursi empuk ber-AC memberi kesan kekuasaan mutlak.

Namun, di balik semua itu, adakah jaminan kemuliaan yang hakiki?

Pangkat, jabatan, harta—semuanya hanyalah titipan. Selembar kain kafan jauh lebih abadi ketimbang medali kehormatan. Tanah merah lebih setia menanti daripada sorak-sorai para pengagum.

Semua Kembali Sama

Kematian datang tanpa pandang bulu.
Di hadapan sakaratul maut, tidak ada strata sosial. Tidak ada pangkat jenderal, menteri, atau rakyat jelata.
Semua setara: kembali dalam kefanaan, menunggu hisab dengan tangan kosong.

"Di mata kematian, pangkatmu dan pangkat duafa sama: sama-sama tiada daya, sama-sama kembali tanpa harta."

Jabatan dan kekuasaan, setinggi apa pun, tidak bisa menahan datangnya kematian. Yang kelak diperhitungkan hanyalah amal dan ketulusan. Jabatan hanya akan menjadi beban tambahan jika ia disalahgunakan untuk membanggakan diri atau menindas yang lemah.

Rendahkan Hati Sebelum Direndahkan Tanah

Wahai manusia, sebelum tanah merengkuh tubuhmu tanpa tanya, sebelum nama hanya terukir di batu nisan, sebelum hartamu berpindah tangan kepada mereka yang tak pernah kau kenal—rendahkanlah hatimu.

Kekuasaan harusnya menjadi jalan pengabdian, bukan alat untuk meninggikan diri. Sebab di hadapan Allah, semua kembali sebagai hamba, tanpa gelar, tanpa jabatan, tanpa keistimewaan dunia.

Gunakan sisa hidup untuk mengabdi, bukan untuk memperkaya diri.
Taburkan kebaikan, bukan kesombongan.
Hidup hanyalah persinggahan singkat; abadi adalah amal yang kita tinggalkan.

Bireuen, Aceh
26 April 2025 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak