Eps; III
BIREUEN | Mengembalikan "Ruh Pendidikan" menuju capaian mutu dalam rangka menggali potensi peserta didik, Inovasi dalam bentuk Rolling tenaga pendidik membuka peluang kesetaraan antara sistem pembelajaran Sekolah Kota dan Pedesaan.
Nah, sekiranya nuansa dan fenomena seumpama ini masih berlaku pada pola pendidikan, pertanda apakah yang patut dipertanyakan ??
Melalui serangkaian tulisan ini, kami mencoba menawarkan sebuah nuansa inovasi dilingkungan pendudukan. Bagaimana sekitarnya tenaga pendidik yang berkualitas di Rolling sekurang-kurangnya selama satu semester (6 bulan) ke sekolah - sekolah pedesaan. Sementara guru-guru di pedesaan di berikan kesempatan mengajarkan para peserta didik yang dirinya sudah punya Patton untuk maju?
Setelah satu semester berada di wilayah Penugasan (Rolling) kemudian dilakukan evaluasi. Sehingga dengan demikian baru dapat disimpulkan "Apakah guru yang tidak profesional atau Kualitas pendidikan yang tidak bermutu sepertimana penelitian pakar pendidikan.
Perlu diketahui juga, bahwasanya, harapan tersebut tidak mungkin terealisasi tanpa difasilitasi oleh pemerintah setempat, dikarenakan pemegang kebijakan tersebut ada di pemerintah itu sendiri.
Sehingga Khazanah pembelajaran dapat dikembalikan ke nuansa pendidikan yang lebih bermutu.
Sangat diyakini bagi guru-guru yang berkualitas di perkotaan, mesti mempersiapkan diri untuk memahami karakter pelajar dari kalangan anak-anak desa.
Dan sudah barang tentu, metode yang pernah di aplikasi di sekolah perkotaan, tidak mungkin serta-merta dapat diterapkan ke sekolah di pedesaan.
Demikian pula terhadap tenaga pendidik yang sebelumnya bertugas sebagai pembimbing di lingkungan sekolah pedesaan, baginya juga perlu memahami benar dengan sebuah pendekatan yang serba modern, baik itu berkaitan tehnis serta kesiapan membawa diri untuk lebih sigap menghadapi anak - anak yang memiliki hasrat tinggi dalam belajar.
Namun apapun format pendidikan atau kualitas tenaga pendidik yang dimiliki hari ini, Sekiranya semua tidak berupaya mengembalikan "Ruh Pendidikan" melalui sebuah kepedulian terhadap sesama." Sepertimana yang pernah hadir di negeri tercinta (Aceh) pada masa lalu Namun hari ini seakan "Ruh" terlihat nilainya telah fakir dan krisis.
Terbayang di ingatan sewaktu masih duduk di Madrasah Ibtidaiyah 45 tahun lalu berlokasi di lingkungan pedesaan. Namun saat itu kepedulian masyarakat sangat peka , apalagi menyangkut Sekolah, Dayah yang dinobatkan sebagai tempat belajar-mengajar.
Segar diingatkan, tatkala dihadiahi "Tempeleng" oleh seseorang karena berkeliaran saat jam pembelajaran sedang berlangsung disekolah. Tanggung jawab moral masyarakat pada masa itu sangatlah tinggi, bersama menjaga anak bangsa tanpa diminta oleh orang tua murid, pihak sekolah maupun pemerintah, sebegitu hebatnya nilai kepedulian sosial masyarakat ketika itu.
Rindu Suasana "Tempoe Doeloe" dimana semua orang tua punya kewajiban dan tanggung jawab sosial, tidak hanya sebatas keluarga dan dirinya. Namun ikut berperan juga menjaga sekalian anak- anak negeri, sayangnya kenyataan hari ini berbanding terbalik, rapuh kepedulian, rendah jiwa sosial dan semakin fakir nuansa kebersamaan.
Seandainya tanggung jawab sosial itu dipikul bersama sedari, orang tua, Sekolah, Lingkungan dan didukung oleh pemerintah." Insya Allah hasilnya sungguh luar biasa.
Seiring perjalanan masa, teknologi bermunculan, kondisi kehidupan mulai bergeser telah mengubah sebuah peradaban. Bermula dari pola hidup, hingga nilai kebersamaan dan kepedulian semakin terhakis seumpama fakir, kesannya "Menipis" sudah rasa tanggung jawab moral dilingkungan masyarakat.
Insyallah dengan kebersamaan, bersatu berupaya mengembalikan RUH Pendidikan berlandaskan kepedulian. Niscaya mutiara Pendidikan Aceh kembali berkilau dan gemilang serta mampu dibingkaikan kembali menuju harapan capaian Sumber Daya Manusia (SDM) impian anak bangsa,
Bersama, bersinergi membina, mengawasi secara berkesinambungan dalam menguatkan Komitmen. Sudah barang tentu kualitas pendidikan berkembang demi anak negeri baik di pelosok desa hingga kota akan maju, seiring perkembangan zaman.
Bireuen 23 Oktober 2022
Tengku Hasan Basri, S.pd, MM
Ilustrasi Imajinatif Penulis
Pengiat Pendidikan, Pemerhati Sosial Kemasyarakatan.(Red)