Eps; Perdana
BIREUEN | Perjalanan panjang meniti selokan hingga lorong tidak berkesudahan, tidak terasa usia pun beranjak 45 tahun sudah. Ubanan rambut menyelinap tanpa diawali sebuah Pemberitahuan, imunitas tubuh menurun bahkan makanan yang sebelumnya menjadi "Penyegar" kini bak penyakit seiring datang dan menyelimuti badan,
Gejala serangkaian penyakit menerpa dan adakalanya membuat Fisik (tubuh) kian melemah, sehingga memaksa lebih mawas Diri melewati "FASE" perjalanan usia. Kewaspadaan dan peduli, bekerja Ekstra dalam memastikan kondisi serta lingkungan dalam lingkaran jaminan keselamatan.
Pergeseran warna lampu "Kuning" sebuah petanda waktu telah beranjak tanpa perlu pertimbangan dan akibat yang ditimbulkan. Dengan bangganya sang waktu berkata:
" Engkau telah terbuai dengan ku, maka akan ku libas setiap kala dirimu larut, karena pada hakikatnya, aku hanya menjalani sebuah tugas tanpa harus ambil peduli tentang dirimu,
Darimana Kasta mu, aku juga tidak perlu tau, walaupun engkau telah mensiasati ku dengan sebegitu baiknya. Sehingga melalui kebaikan yang kuberikan, baik untuk dirimu, keluarga, bahkan Pengabdian Kepala sang Khalik (Allah SWT)
" Tidak ada keharusan untuk memberikan sebuah "Apresiasi" Oleh karena semua itu bukanlah hak bagi diriku. Dimana tugas waktu sudah menjadi Sunnatullah dan menjadi kewajiban setiap saat, serta sudah seyogyanya harus sedemikian.
Sebagai pembaca Budiman yang Saba hari meng-update informasi, sontak saja terkesima tatkala melihat Pemberitaan di harian serambi edisi, Senin (18.05.2020) Mataku terarah ke suatu kalimat yang tertera disalah satu kolom halaman seketika pagi itu,
" Hanya Sepuluh Sekolah yang Berkualitas di Aceh, berdasarkan hasil amatan dari seorang ahli pakar pendidikan, dimana sang pengamat berjabatan sebagai pimpinan yang menahkodai salah satu lembaga pendidikan tinggi berstatus Rektorat Universitas Jantung Hate Rakyat Aceh saat ini
Menurut sang Rektor "Sekolah berkualitas itu pun berada di Kuta Raja Ibukota Provinsi yang notabene nya pusat pendidikan daerah.
Sejati dan seharusnya tidak ada pihak boleh melempar bola panas ke permukaan umum, dikarenakan kesenjangan tersebut menjadi tanggung jawab bersama secara umum." Sedap, katanya
Dalam artian yang luas beliau masih merasa punya tanggung jawab moral terhadap keberlangsungan kualitas pendidikan Aceh, tidak serta merta memberikan komentar dan koreksi yang tidak memiliki solusi untuk perubahan mutu para generasi.
Sementara dimana peranan lembaga pengorbit tenaga edukasi saban tahun yang tidak hanya berasal dari kampus, Seyogyanya juga pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terhadap keberlanjutan peningkatan kualitas pendidikan Aceh. Melibatkan stakeholder untuk berperan aktif serta berupaya demi keberlangsungan dan peningkatan mutu pendidikan di negeri serambi Mekah.
" Etisnya, dengan tidak mencari kelemahan untuk di kambingkan." Apalagi mencoba menghitamkan kambing, karena itu "Konyol" untuk menuju sebuah perubahan.
Bersambung -
Bireuen 23 Oktober 2022
Tengku Hasan Basri, S.pd, MM
Ilustrasi Imajinatif Penulis
Pengiat Pendidikan, Pemerhati Sosial Kemasyarakatan.(Red)