Reaksinews.id | Bireuen - Program vaksinasi untuk pelajar yang digodokkan Pemerintah Aceh sampai 30 September 2021 harus membuahkan hasil atau sukses, hal tersebut sesuai dengan Ultimatum Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Aceh, Alhudri dimana bila Kepala Sekolah tidak mampu menyukseskan program tersebut maka dipersilahkan untuk mundur.
Mengingat vaksinasi bukan hanya dilakukan untuk pelajar menengah keatas, namun vaksinasi juga dilakukan untuk pelajar menengah pertama (SMP/Sederajat).
Pengurus Sekolah Pemimpin Muda Aceh (SPMA) Bireuen, Arifandi, Selasa(21/9/2021) mengatakan sejauh mana pihak Sekolah Menengah Atas (SMP) sudah yakin untuk melakukan vaksinasi terhadap peserta didiknya.
" Jika belum benar benar yakin untuk divaksinasi siswa/i nya lebih baik jangan dipaksakan, mereka masih berumur antara 11,12,13 tahun untuk jenjang menengah pertama dan siapkah tubuhnya untuk dosis vaksinasi yang akan disuntikkan ?,"tanya Arifandi.
Lebih lebih, jika penyelenggaran vaksinasi terhadap pelajar dipaksakan akan mempengaruhi terhadap mental mereka dan akan menurun imunnya secara otomatis.
"Kami melihat dari beberapa selebaran form surat pernyataan bersedia divaksinasi, tidak ada keyakinan sedikitpun dari pihak Sekolah terkait efek vaksin, ini jelas terlihat dari kata kata dimana pihak pemberi izin (orangtua/wali siswa) apabila ada efek dari vaksinasi tersebut tidak akan mengambil tindakan hukum apapun kepada Sekolah dan intansi terkait,"ungkapnya.
Menurut Arifandi, tentunya efek yang disebutkan pasti efek buruk bukan efek baik dan ini merupakan paksaan secara tidak sadar.
"Tidak ada istilah jika tidak bersedia divaksin harus menyertakan bukti surat keterangan dari pihak berwenang, cukup dengan alasan saja dan semua pihak harus menerima alasan itu dengan lapang dada tanpa harus memberatkan kedepannya,"tutur Arifandi.
Lebih lanjut Arifandi menuturkan bahwa SPMA Bireuen tidak bertujuan untuk menggagalkan program vaksinasi yang digodok Pemprov Aceh maupun Kabupaten tersebut dan malah mendukung, hanya saja menurutnya sudah yakinkah.
"Kami tidak punya wewenang menggagalkan program tersebut, tentunya kami mendukung langkah untuk mencegah penyebaran covid-19, hanya saja kami masih berpikir bahwa pihak Sekolah tingkat menengah pertama di Bireuen sudah siapkah, jangan seperti "Boh Trueng Lam jeu'e", ikut ikutan,"tutup Arifandi (Red)