Jakarta - Reaksinews.id | Setelah TNI resmi meniadakan" Tes Keperawanan" masyarakat sipil menunggu komitmen TNI dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers Change.org bertajuk ‘Penghapusan ‘Tes Keperawanan’ Angkatan Bersenjata, Kemenangan Bagi Perempuan, Kamis (2 Agustus 2021)
Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat Mayjen dr. Budiman, Sp. BP-RE(K), MARS mengatakan, pemeriksaan hymen (selaput dara) telah ditiadakan dalam proses seleksi anggota TNI. Keputusan ini tertera dalam Petunjuk Teknis B/13/72/VI/2021 tanggal 14 Juni 2021 tentang Penyempurnaan Juknis Pemeriksaan Uji Badan.
Lewat petunjuk teknis ini" Hymen tidak lagi dimasukkan dalam proses pemeriksaan uji badan, berarti ‘tes keperawanan’ bagi calon anggota TNI sudah tidak lagi diadakan, papar Mayjen dr. Budiman dalam Konferensi pers bertepatan HUT Polwan ke-73 (1 September 2021)
Pembuat petisi" StopVirginityTestsID, Latisha Rosabelle mengungkapkan, kampanye untuk penghentian praktik ‘tes keperawanan’ ini telah dilakukan banyak pihak, termasuk dirinya melalui petisi di platform Change.org Indonesia. Petisi bertajuk" StopVirginityTestsID ini dimulai olehnya ketika masih sebagai siswa SMA pada tahun 2017 lalu, hingga hari ini telah mendapatkan lebih dari 60 ribu tanda tangan.
Berdasarkan penjelasan oleh Mayjen dr. Budiman" Latisha pun menyatakan" Kampanye yang ia galang melalui petisi sudah menang, sebutnya.
Peneliti Human Rights Watch, Andreas Harsono menyebutkan, kemenangan ini bukan hanya bagi perempuan, tetapi juga untuk para laki-laki, TNI dan masyarakat sipil. Selama bertugas sebagai peneliti HRW dan bertemu dengan banyak prajurit" mengenai isu ini, hingga para prajurit merasa trauma dengan dilakukannya ‘tes keperawanan’ ini.
“Ada yang sampai bercerita trauma untuk melakukan hubungan seks dengan suaminya, karena trauma dengan pengalaman ‘tes keperawanan’ ini, ujar Andreas.
"Jauh sebelum Latisha memulai petisinya, Brigjen (Purn.) Sri Rumiati juga sudah sempat mengkampanyekan penghentian tes ini di Polri sejak tahun 2006.
Menurutnya, praktik pengetesan untuk mengukur ‘moral’ seseorang ini tidak adil, karena hanya dilakukan pada perempuan. “Ketika saya melihat tes ini, bayangan saya adalah anak-anak korban perdagangan, perkosaan" Apakah tidak bisa lagi mengabdi kepada negara sebagai TNI dan polisi?
Tidak ada penelitian yang menunjukkan jika telah rusak hymen nya sudah tidak perawan, dalam artian rusak moralnya. Karena itulah kita harus memberikan seluas-luasnya kesempatan kepada anak bangsa untuk ikut mengabdi kepada negara, tutur Brigjen (Purn.) Sri.
Pandangan seumpama juga disampaikan dokter dan penggerak isu kesetaraan gender, dr. Putri Widi Saraswati" Hymen merupakan organ yang belum diketahui fungsi dikarenakan bentuknya sangat variatif.
"Variasi ini akan menyebabkan ketika dilakukan inspeksi, sulit diidentifikasi penyebab robeknya apa", Ada orang yang hanya karena terjatuh dan ada orang yang sudah berhubungan seksual, hymen-nya masih utuh, kata dr, Putri
Hal senada dinyatakan Pendiri Rumah Faye dan penggerak isu kekerasan seksual anak-anak perempuan, Faye Simanjuntak, sebagai anggota dari keluarga militer, ia merasa sebelum peniadaaan ‘tes keperawanan’ ini, TNI belum membela hak dasar perempuan.
Praktik ‘tes keperawanan’ telah memicu polemik selama bertahun-tahun, karena dianggap melanggar hak-hak perempuan, dan tidak terbukti secara medis.
Faye bercerita bahwa ia menyaksikan sendiri bagaimana anggota keluarganya ada yang harus melewati" Tes Keperawanan tersebut. “Korps Wanita TNI AD dan istri yang mengalami ‘tes keperawanan’ adalah penyintas. Terhadap mereka harus disediakan layanan konseling dan penghapusan tes ini, serta disahkan dalam bentuk kebijakan,” tutur Faye (Red)