Reaksinews.id | Aceh Jaya - Kepercayaan mahasiswa Aceh Jaya kepada pemerintah daerah Aceh Jaya sangat lah kurang. Banyak dosa-dosa yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga mahaiswa mengambil sikap untuk melakukan aksi agar suaranya di dengarkan.
Ikatan Pelajar Mahasiswa Aceh Jaya (IPELMAJA) paguyuban paling besar di Aceh Jaya, memiliki wadah yang besar untuk mahasiswa mengabdikan diri untuk kemajuan Aceh Jaya. Begitu pula para pejabat pemerintah Aceh Jaya memanfaatkan IPELMAJA dan menjadikan IPELMAJA sebagai singa ompong. Secara historis dosa para pejabat pemerintah Aceh Jaya sangat lah banyak, mahasiswa menyuarakan keadilan terhadap dosa-dosa pemerintah. Akan tetapi apabila ketua IPELMAJA diam maka tidak ada yang menyuarakan keadilan. Dengan begitu Bupati Aceh Jaya melalui kabag hukum dan staff bupati sudah mensetting pengeluaran SK secara sepihak.
Pada tanggal 18 juni 2021 pemanggilan ketua-ketua paguyuban ke Aula Setdakab Aceh Jaya untuk penyelesaian kisruh dualisme kepemimpinan di IPELMAJA. Dasril ketua HIMALAYA (Himpunan Mahasiswa Lamno Indra Jaya) mengatakan "saya pada saat mendapat kan undangan ke kantor Bupati untuk mencari titik temu penyelesaian IPELMAJA, saya berfikir dengan momentum ini penyelesaian dan aspirasi mahasiswa dapat di serap" . Ungkap Muhammad Dasril
"Tapi saya sangat kecewa pemanggilan ini cuma mendengarkan hasil mubes yang di hotel diana. Sebagai mana mahasiswa dan masyarakat tau bahwa mubes yang pertama cacat hukum di bagian registrasi peserta mubes. Yang menghadiri dan mengikuti mubes cuma tiga paguyuban kecamatan dan 6 kecamatan lagi memilih workout di karnakan ada kepentingan para demisioner IPELMAJA mengenai LPJ yang di bahas buru-buru dan melepaskan diri dari tanggung jawab LPJ". kata Dahril
Mubes IPELMAJA yang kedua di buat di kampus Universitas Serambi Mekkah yang di hadiri 9 perwakilan paguyuban berjalan dengan mulus dan kelengkapan penuh. Tapi sangat di sayangkan hasil mubes yang kedua ini tidak di bahas lagi, ungkap ketua HIMALAYA
Pada saat tim varifikasi di dalam ruangan bersama para ketua paguyuban membahas tentang arah ke depan untuk IPELMAJA yang bersatu memajukan Aceh Jaya. Para ketua paguyuban memberikan aspirasi yang mengarah untuk bersatu yaitu melakukan mubes ulang dikarnakan tatib ad/art IPELMAJA sangat lah rancu dan tidak mengikat peraturan yang mengatur di dalamnya.
Mubes-mubes yang terjadi di tahun-tahun yang lalu terkesan terburu-buru tampa memperhatikan isi dari ad/art dan hanya berfokus kepada pemilihan ketua IPELMAJA saja.
Saran dari ketua-ketua paguyuban kecamatan tidak di dengarkan langsung di putuskan. Kata-kata para pejabat penuh dengan spekulasi kemauan untuk menyatukan para mahasiswa cuma bualan belaka. Omongan yang tidak bisa di pegang. Cita-cita ingin merubah ad/art IPELMAJA sekarang bukan 2 tahun kedepan pada saat mubes lagi. Kalau cita-cita mau menyatukan mahasiswa Aceh Jaya ya sekarang bukan 2 tahun depan.
Dengan begitu kepercayaan mahasiswa terhadap Bupati Aceh Jaya melalui kabag hukum, staff bupati dan IKAJAYA (Ikatan Keluarga Aceh Jaya) sangat lah rendah. Mahasiswa malah di adu bukan di damaikan. Kepentingan pribadi di kedepankan, kepentingan bersama di mundurkan.
Mahasiswa Aceh Jaya mempunyai individu yang merdeka tapi sangat di sayang kan bahwasanya mahasiswa di manfaat kan untuk kepentingan para pemangku kekuasaan di Aceh Jaya dan di jadikan singa ompong dan ikut arah perintah pemerintah agar dosa mereka tidak boleh ada yang menyuarakan.